Arsip Blog

Minggu, 24 Juni 2012

Perjalanan Bukan Pelarian (Traveling Is Not Escaping)

(for me, now) traveling is not escaping, it's a reward!

Sebetulnya ini adalah sari dari obrolan bersama sipacar beberapa bulan lalu. Meski sudah lama berlalu, tapi aku masih bisa mengingatnya dengan jelas. Setelah traveling ke Bromo itu, dia terlihat khawatir sekali dan mau tidak mau harus memberitahukan kekhawatirannya padaku. Menurutnya, saat itu yang ada di pikiranku cuma traveling dan traveling. Sehingga seringkali hilang fokus dan tidak tuntas mengerjakan hal-hal lain yang lebih penting. Keinginanku untuk traveling dengan menggebu sudah masuk kategori impulsif. Aku bisa lho saat itu mengalokasikan uang yang sebetulnya untuk hal-hal yang lebih perlu demi traveling. Itu tidak sehat. Demikian sipacar mengingatkan. Awalnya tentu saja aku merespon dengan defensif dong ;) Tapi di dalam hati mengiyakan juga, apa yang dibilang sipacar itu benar adanya.

Lantas aku merenung, kembali bertanya-tanya, sebetulnya mengapa aku begitu menggebu-gebu bepergian jauh seorang diri. Jawabannya adalah kabur! Yap, escape, melarikan diri, apalah itu istilah lainnya. Bepergian sendiri memang nikmat, itu betul. Mencapai tempat-tempat yang membuat kita tertantang, itu memuaskan, memang benar adanya. Tapi setelah itu apa? Hampa. Kosong. Kembali ke rumah dan bertemu lagi dengan kenyataan.

Aku sangat menyukai traveling, ya itu betul. Aku ingin bepergian ke lebih banyak tempat, itu juga betul. Tapi jujur, aku tidak ingin menghabiskan seluruh hidupku melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru. Trinity Traveler, she's cool...tapi aku gak mau berakhir dengan bepergian terus-menerus, tak ingin juga menjadikannya profesi. Aku punya rumah yang kusebut MAMAH dan BAPAK. Aku punya pekerjaan yang bagus, teman-teman yang hebat dan menyenangkan, dan aku masih ingin mengembangkan potensi-potensi lain yang aku punya.

Lagipula aku ingin traveling-ku lebih sehat dan menentramkan. Aku akan tetap melakukannya, hanya saja dengan lebih sehat: tidak meninggalkan hutang pekerjaan, tidak bokek bin bangkrut ketika kembali ke rumah, dan...harus senang ketika esok hari akan kembali menyongsong rutinitas-rutinitas yang selama ini berperan memolesku sehingga aku menjadi lebih baik. Lagipula segala hal-hal rutin itulah yang menjadi sumber dana travelingku hahahahhaha.

Jujur deh, rasanya menyedihkan sekali ketika bepergian hanya untuk 'melarikan diri'. Karena mau tidak mau aku harus kembali. Bepergian sebagai pelarian hanya menunjukkan bahwa selama ini aku kurang bersyukur dengan kehidupan yang aku punya. Maka dari itu, kesadaran baru muncul dalam diriku: Traveling sebagai hadiah bagi diri sendiri karena sudah mengerjakan apa-apa yang bisa kukerjakan dengan sangat baik. Dan...kupastikan mulai saat ini, begitu kembali dari traveling, tak akan ada laagi wajah meringis merogoh-rogoh setiap kompartemen di ransel dan dompet mencari uang yang barangkali masih tersisa hahahahaha...

7 komentar:

  1. Yup, kalau travelling bukan pekerjaan yang wajib kita lakukan, jadikan travelling sebagai reward saja! Nikmati! :D

    BalasHapus
  2. boleh muat tulisan ini di rumpitawati kah? :) :) :) :) :) :):)

    BalasHapus
  3. ada sensasi tersendiri disaat travelling ke tempat2 baru dengan angkutan umum bermodalkan peta n info hasil googling,yaah semua udah lewat .. skrg mau ga mau mesti bawa pasukan hehe..

    BalasHapus
  4. @Rumpitawati-- Boleh dooong :)
    @Kang Eka-- Hehehehehe...thats why i'm so thankful for (still) being a single ;)

    BalasHapus
  5. ada saatnya untuk pulang, dan benar mba traveling bukan pelarian. hehe

    salam kenal

    BalasHapus
  6. saya kurang seneng traveling, traveling teh yang suka jalan jalan jauh gitu ya mbak???

    BalasHapus